Selasa, 19 Mei 2015

Berbalik arah menekuni hidup baru sebagai suster biarawati.

BERBALIK arah 180 derajat total. Inilah yang dilakukan Ollala Oliveros, mantan foto model papan atas Spanyol yang di tengah puncak karirnya sebagai model memutuskan ‘pensiun dini’. Berbalik arah menekuni hidup baru sebagai suster biarawati.

Sebagai model, Olalla tidak saja cantik di wajahnya. Melainkan juga rupawan raganya. Foto-fotonya muncul di banyak media iklan seperti slot-slot iklan televisi, banner iklan di media cetak.

Menurut media lokal di Spanyol, Olalla Oliveros memutuskan ‘banting stir’ menekuni profesinya yang baru sebagai suster biarawati pertengahan November 2014 lalu. Menurut dia, keputusannya berbalik arah 180 derajad meninggalkan dunia gemerlap dan kemudian menjalani hidup kudus sebagai suster biarawati terjadi setelah dia mengalami pengalaman ‘super dahsyat’ dalam hidupya.


Ziarah ke Fatima

Namun, ia mengaku tidak tertarik untuk bercerita lebih lanjut tentang pengalaman spiritual yang disebutnya ‘mengguncangkan’ itu. Itu terjadi, kata dia, ketika ia melakukan ziarah ke Fatima di Portugal. Di sana, katanya, dia mengalami apa yang sering disebut ‘perjumpaan dengan Tuhan’ dimana Bunda Maria memberi petunjuk agar dirinya mau menjadi seorang biarawati.

Menurut Olalla, saat itu sama sekali dia tidak bisa membayangkan dirinya sekali waktu akan berbusana layaknya seorang suster biarawati. “Sungguh-sungguh tidak masuk akal,” kata dia sebagaimana dilansir oleh beberapa media di Spanyol.

Yang saya hanya bisa ingat, lanjut Olalla, di dalam benaknya waktu itu sudah kepikiran kalau-kalau pengalaman rohani itu merupakan ‘panggilan’ Tuhan. “Menurut saya, Tuhan takkan pernah salah. Ia mengajakku bergabung masuk dan saya tak kuasa menolaknya,” terang dia.

Kini, Olalla sudah bergabung masuk dalam Kongregasi Suster-suster Biarawati Saint Michael. Menurut dia, dirinya hanya ingin menjadi seorang suster yang biasa-biasa saja.

Kisah menarik ini sebenarnya bukan pertama kali terjadi di panggung selebriti. Beberapa dekade lalu, Suster Dolores Hart juga melakoni perjalanan hidup yang sama. Setelah malang melintang di Hollywood, Dolores Hart lalu banting stir, berbalik arah menjadi suster biarawati Ordo Benediktin dan sepenuhnya meninggalkan dunia gemerlap sebelumnya.

Sebelum menjadi suster biarawati, Suster Delores Hart adalah bintang film papan atas Hollywood. Bahkan dia pernah berpasangan dalam sebuah film layar lebar bersama Raja Rock ‘n Roll Elvys Presley.

Sumber: http://www.ncregister.com/blog/pat-archbold/beautiful-model-gives-up-flourishing-career-to-become-nun

http://www.sesawi.net/2014/12/16/olalla-oliveros-suster-biarawati-ini-mantan-model-papan-atas/

Minggu, 10 Mei 2015

Surat Cinta Berusia 500 Tahun di Korea



Sebuah surat berusia 500 tahun ditemukan di sebuah makam tua di Kota Andong, Korea Selatan. Tak hanya sepucuk surat, di dalam makam tersebut juga ditemukan sepasang sandal tua. Surat dan sepasang sandal itu ternyata adalah bagian dari jenazah pria yang dimakamkan tersebut.

Dilansir dari koreaboo.com, bulan April 1998, para arkeolog membongkar peti mati dari pria bernama Eung Tae Lee, pria dari abad ke-16 yang meninggal di usianya yang baru 30 tahun. Saat makamnya dibongkar, para arkeolog menemukan sepucuk surat yang rupanya ditulis oleh sang istri. Juga ada sepasang sandal yang dibuat sendiri oleh istri dari rambut dan jalinan kulit.

"Kepada Ayah Won

1 Juni, 1586

Kau selalu berkata, "Sayangku, mari kita habiskan hidup bersama hingga akhir hayat dan meninggal di hari yang sama." Tapi bagaimana kau meninggal lebih dulu? Kepada siapa kini aku dan putraku mengadu dan bagaimana kami hidup selanjutnya? Teganya kau meninggalkanku lebih dulu.

Ingatkah bagaimana kita dulu saling menautkan hati masing-masing? Setiap kali kita tidur berbaring bersama, kau selalu bilang, "Sayangku, apakah orang lain bahagia dan saling mencintai seperti kita? Apakah ada yang sebahagia kita di luar sana?" Betapa teganya kau melupakan itu semua dan meninggalkanku sendiri?

Aku tak bisa hidup tanpamu. Aku hanya ingin pergi bersamamu. Ajaklah aku pergi bersamamu. Perasaan cintaku padamu tak akan pernah luntur dan penderitaan ini terasa makin menyiksa saja. Bagaimana aku menata hatiku sekarang dan bagaimana aku membesarkan seorang anak yang akan selalu merindukanmu?

Tolong baca surat ini dan berikan jawabanmu melalui mimpiku. Karena aku ingin mendengar penjelasan lengkapmu dalam mimpiku, kubuat surat ini dan kuletakkan di dekatmu. Lihatlah lebih dekat dan bicaralah padaku.

Entah kapan aku melahirkan bayi yang kukandung ini, siapa pula nanti yang bisa ia panggil ayah? Adakah orang yang bisa merasakan penderitaan yang kualami? Hanya aku yang merasakan tragedi pedih ini di muka bumi.

Kau hanya berada di tempat yang berbeda dan tak merasakan rasa duka yang dalam seperti yang kurasakan. Selamanya aku akan menderita. Tolong baca surat ini dan temui aku dalam mimpi, aku ingin melihatmu, aku aku ingin mendengar jawabanmu. Aku percaya aku bisa melihatmu dalam mimpi. Datanglah diam-diam dan tunjukkan dirimu. Ada banyak hal yang ingin aku katakan..."

Minggu, 03 Mei 2015

Pantun Zaman Batu

Pantun Zaman Batu
Oleh: Taufiq Ismail.










Inilah pantun-pantun zaman batu,
Pantun untuk mereka yang berkepala batu.
Lihatlah siluman dan preman bersatu,
Mencuri anggaran dengan bersekutu.
Semua mabuk batu akik batu bacan
Yang bawa senapan matanya mendelik cari sasaran.
Hati-hatilah wahai kalian para cendekiawan.
Hanya karena berpikir waras bisa dikriminalkan.
Tawuran, biasanya hujannya hujan batu
Tawaran, biasanya uangnya uang dolar
Jika akhirnya polisi dan koruptor bersatu
Harus dilawan biarpun pangkatnya Jenderal.
Hujan emas di negeri orang
Panen rejeki hatinya girang.
Presiden bilang kriminalisasi dilarang,
Tapi bawahannya tetap membangkang.
Hujan akik di negeri sendiri,
Hidup tercekik sudah menjadi ciri.
Presiden mimpi jadi bangsa mandiri,
Eh, import komoditi tetap jadi mainan menteri.
Hakim jujur bisa kehilangan palu,
Hakim lucu dengkulnya berotak batu.
Jika koruptor ketawa-ketiwi tak lagi punya malu,
Alumni perguruan tinggi harus mengganyang dan bersatu.
Taufiq Ismail

Pastor Charles Patrick Edward Burrows Penerima Penghargaan Maarif Awards

Pastor Charles Patrick Edward Burrows OMI, akrab disapa Romo Carolus, menjalankan tugas perutusannya sebagai misionaris Oblate Maria Immaculata (OMI) di Paroki St Stephanus Cilacap, Jawa Tengah. Sejak tinggal di paroki yang berada di wilayah Keuskupan Purwokerto, pada 1973, Romo Carolus merintis berbagai karya pastoral baik secara formal maupun informal. Salah satunya adalah penghijauan di Pulau Nusakambangan. Rabu minggu ketiga setiap bulan, Romo Carolus mengunjungi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan. Di sana, ia mempersembahkan Ekaristi di Lapas Super Ma­ximun Security (SMS) Pasir Putih. Sebagian besar penghuni Lapas adalah narapidana kasus narkoba yang divonis mati. “Terakhir, saya mempersembahkan Misa, ada 40 orang. Di antara mereka ada yang Katolik, ada yang Kristen. Mungkin tujuh sampai delapan orang divonis hukuman mati,” ungkap Romo Carolus. Romo Carolus tidak setuju pada vonis mati. Karena, menurutnya, eksekusi mati dengan ditembak adalah penyiksaan. “Saya menyaksikan dua orang yang dieksekusi. Selama delapan menit mereka belum mati,” katanya. Ia menilai, tidak sedikit terpidana mati yang menderita. “Orang menunggu hukuman mati bertahun-tahun adalah siksaan,” ujarnya prihatin.

Selain melayani Misa, Romo Carolus juga menghijaukan pulau yang terletak di sebelah selatan Kota Cilacap itu. Meski akses masuk ke tempat penampungan pa­ra penjahat kelas kakap dibatasi, kenyataannya hutan Nusakambangan rusak karena dijarah. Mulanya, Romo Carolus mendengar pemerintah daerah setempat mempersilakan masyarakat menanam pohon albisia. Tetapi, Romo Carolus melihat, hanya mereka yang memiliki uang yang bisa membeli dan menanam pohon albisia. Karena itu, Romo Carolus memberikan bantuan dana untuk pena­naman albisia kepada 50 keluarga miskin. Sempat juga muncul rencana dari Kakanwil Kementerian Hukum dan HAM untuk menutup total Nusakambangan. Pendatang yang mereka sebut sebagai penghuni liar dilarang masuk. Romo Carolus berangkat ke Semarang, bertemu Kakanwil Kementerian Hukum dan HAM, dan minta agar program penghijauan di pulau seluas 22.000 hektar, panjang 14 km dan lebar 6 km itu, tetap memberdayakan masyarakat setempat. “Fokus saya pada kemiskinan. Hutan akan aman kalau melibatkan masyarakat untuk memeliharanya. Mereka harus mendapatkan sesuatu,” kata Romo Carolus mengulang argumen yang disampaikannya kepada Kakanwil Hukum dan HAM Provinsi Jawa Tengah saat itu. Dari pertemuan itu, Romo Ca­rolus dipercaya menghijaukan kembali la­han Nusakambangan yang gundul.

Lewat yayasan yang dicetuskannya, Romo Carolus memberi bantuan ternak, seperti ayam, bebek, dan kambing kepada warga untuk belajar kemandirian. Di bidang pendidikan, ia memberi beasiswa kepada siswa berprestasi. Ia juga menggerakkan rakyat miskin untuk melakukan reboisasi lahan gundul di Nusakambangan. Semangat toleransi begitu kental antara Romo Carolus dengan masyarakat setempat yang mayoritas Islam. Di antaranya melakukan musyawarah sebelum melakukan program kemandirian.
Dalam program Food for Work, masyarakat tidak diberi bantuan langsung tunai melainkan pengelolaan kemandirian ekonomi. Sehingga tercipta relasi harmonis antara pemberi bantuan dan penerima. Dana tersebut ia peroleh dari lembaga swadaya masyarakat di luar negeri dan beberapa kedutaan besar. Seperti Irlandia, Jerman, Belanda, Australia, Amerika Serikat, dan Kanada. Untuk pembangunan jalan di desa-desa di Cilacap, YSBS memperoleh donor Rp10 miliar. Menariknya, sekolah yang didirikan YSBS memberi materi pelajaran agama Islam kepada pelajar muslim. Bahkan tidak sedikit siswi beragama Islam yang mengenakan jilbab di sekolah milik YSBS. “Tidak ada keinginan saya untuk membaptis atau mengajak seorang pun masuk Katolik. Saya sendiri baru merasa 20 persen Katolik. Bagaimana bisa mengajak orang lain untuk masuk Katolik,” ujar pastor berusia 69 tahun itu. Ketulusan Romo Carolus mengikis kecurigaan Front Pembela Islam (FPI) Cilacap. Bahkan ormas tersebut menerima dan mendukung kegiatannya. Mengenai toleransi ini, Romo Carolus mengatakan setiap orang bebas menentukan agama masing-masing, iman itu hadiah dari Tuhan. Ia dan beberapa ormas Islam membangun kerukunan antar-umat beragama supaya hidup berdampingan tanpa rasa saling curiga dan benci. Karena rasa curiga merupakan akar dari intoleransi.

Penghargaan Maarif Awards tidak membuat jiwa sosial Romo Carolus puas. Anak keempat dari lima bersaudara ini berujar masih banyak impian yang harus diwujudkan. Yaitu penghapusan hukuman mati bagi narapidana di Pulau Nusakambangan, Cilacap. Menurut Romo Carolus yang sebulan sekali mengunjungi narapidana di Lapas Pasir Purih, sejatinya penjara bertujuan merehabilitasi, bukan menghukum.
Menghukum tidak serta membuat orang lebih baik, tetapi merehabilitasi akan menghiasi orang menjadi lebih baik. “Romo Carolus sangat menyentuh kami. Ia sosok luar biasa,” ujar Ketua Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) FPI Cilacap, Muhammad Suryo Haryanto, seperti tercantum dalam profil Romo Carolus di website Maarif Institute. Rasa kemanusiaan itu pula yang membuat Ahmad Syafii Maarif memberikan penghargaan Maarif Awards kepada Romo Carolus dan Ahmad Bahrudin, menyisihkan 51 nama lainnya. “Jarang ditemukan orang seperti Romo Carolus. Dimensi kemanusiaannya jauh lebih dalam. Seorang FPI saja hormat kepada dia,” tandas Buya Syafii Maarif saat memberi sambutan Maarif Award. Penghargaan Muslim untuk seorang pastor Katolik bak kado bagi Hari Lahir Pancasila, yang mengedepankan keberagaman di Indonesia.


Sumber : http://satuiman.com/pastor-charles-patrick-edward-burrows-hingga-fpi-jatuh-hati/